Tuesday, June 03, 2008

Mengapa FPI Harus Dibubarkan?

oleh Ari Juliano Gema

Insiden di Monas pada tanggal 1 Juni 2008 lalu, menyita perhatian publik. Menurut berita yang beredar di koran maupun televisi, beberapa anggota Front Penyelamat Islam (FPI) menyerang massa dari Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB). Penyerangan itu terjadi pada saat AKK-BB sedang melakukan aksi dalam rangka memperingati Hari Pancasila.

Koran dan televisi bersahut-sahutan memberitakan insiden tersebut. Publik serempak menyalahkan FPI. Tuntutan pembubaran FPI pun bergema di mana-mana. Bahkan beberapa cabang FPI di daerah menjadi sasaran intimidasi dan amuk dari beberapa kelompok massa.

Pertanyaan saya, apakah koran dan televisi juga meliput pernyataan dari pihak FPI mengenai penyebab terjadinya insiden tersebut? Kalaupun ada, apakah porsinya sama dengan pemberitaan mengenai pernyataan dari pihak AKK-BB dan pihak-pihak yang mengutuk insiden tersebut?

Saya merasa opini publik telah digiring oleh media. Dari situ kemudian muncul tuntutan pembubaran FPI dan aksi-aksi balasan terhadap anggota FPI di daerah yang tidak tahu menahu duduk persoalannya.

Apakah memang karena perilaku beberapa anggota FPI tersebut kemudian FPI secara organisasi harus dibubarkan? Saya pikir tidak serta merta seperti itu. Harus dibuktikan dulu apakah insiden itu merupakan kebijakan resmi dari FPI atau memang hanya tindakan emosional beberapa anggotanya.

Pada prinsipnya, kalau memang harus ada yang dihukum dari insiden tersebut, maka yang harus dihukum adalah para pelaku penyerangan tersebut sebagai pribadi dan orang yang menyuruh atau memerintahkan penyerangan tersebut.

Polisi harus bertindak cepat dan tegas menangkap siapapun pihak yang terlibat dalam insiden tersebut. Hukum seberat-beratnya para pelaku tersebut kalau memang mereka terbukti bersalah. Ini akan jadi shock therapy bagi siapapun yang menjadi anggota organisasi manapun.

Kekerasan tidak perlu dibalas dengan kekerasan. Perilaku seseorang tidak boleh langsung dikaitkan dengan organisasi yang diikutinya. Tanggapi insiden secara obyektif. Jangan karena ingin membunuh tikus di dalam rumah, maka kita harus sampai membakar rumah beserta segala isinya.


Labels: , , , , , ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home