Thursday, August 17, 2006

Saya Lelah Mengaku Sebagai Orang Jawa:
Testimoni Seorang Anak Bangsa

Sejak lahir sampai besar saya tinggal dan mencari nafkah di Jakarta. Meski pernah selama tiga tahun menuntut ilmu di Magelang, namun dapat dikatakan seluruh hidup saya tidak pernah jauh dari Ibukota Negara Republik Indonesia ini.

Ayah dan Ibu saya keturunan jawa. Namun demikian, mereka tidak pernah menggunakan bahasa jawa dalam kehidupan sehari-hari kami, apalagi menekankan kepada anak-anaknya bahwa kami adalah orang jawa.

Setiap kali orang menanyakan asal suku kepada saya, lidah saya terasa kelu dan hati saya berdebar kencang, seolah raga ini tidak rela apabila saya mengaku sebagai orang jawa. Bagaimana mungkin saya mengaku sebagai orang jawa apabila saya sendiri merasa asing dengan bahasa dan budaya jawa? Bagaimana mungkin saya mengaku sebagai orang jawa, untuk kemudian dicibir apabila ketahuan bahwa saya tidak menguasai bahasa dan budaya jawa?

Jangan disangka saya tidak pernah berusaha belajar bahasa dan budaya jawa. Namun setiap kali saya berusaha belajar bahasa dan budaya jawa, batin saya selalu bertanya: Apakah dengan menguasai bahasa dan budaya jawa hidup saya jadi lebih bermanfaat untuk orang lain?

Meski saya dari keluarga jawa, namun tidak ada keraguan sedikitpun ketika ingin menikah dengan seorang perempuan dari keluarga padang. Tidak ada keraguan sedikitpun ketika pernikahan kami dilakukan dengan adat padang. Demikian pula tidak ada seorang pun dari keluarga jawa saya yang memprotes ketika pernikahan kami menggunakan adat padang.

Kepada anak-anak kami, saya dan istri tidak pernah menekankan bahwa saya adalah keturunan jawa dan istri saya adalah keturunan padang. Begitu pula, kami tidak pernah memperlakukan budaya jawa atau budaya padang sebagai sesuatu yang lebih istimewa dibandingkan budaya dari daerah lain untuk diperkenalkan kepada anak-anak kami.

Ketika anak-anak kami besar nanti, mereka mungkin akan menghadapi persoalan yang sama dengan saya, bahkan mungkin lebih besar lagi. Bagaimana mungkin mereka mengaku sebagai orang jawa saja atau orang padang saja, padahal ayahnya adalah keturunan jawa dan bundanya adalah keturunan padang? Apakah mungkin mereka mengisi pertanyaan suku pada formulir apapun dengan jawaban suku jawa-padang?

Oleh karena itu, biarkanlah saya menjadi orang Indonesia saja, tanpa ada keharusan mengaku keturunan dari suatu suku tertentu.

Biarkanlah anak-anak kami tumbuh menjadi orang Indonesia saja, tanpa ada keharusan dan kebimbangan untuk mengaku sebagai keturunan dari suatu suku tertentu.

Biarkanlah keturunan kami nanti berteriak lantang: “Saksikanlah, bahwa saya adalah orang Indonesia saja!”

Eagle flies alone, so high … and sky is the limit.


Ciputat, 17 Agustus 2006

Ari Juliano Gema

P.S.: Republik Indonesia, selamat ulang tahun, ya. Semoga lebih banyak lagi wargamu yang tidak malu mengaku sebagai orang Indonesia saja.

1 Comments:

At 17/8/06 13:00, Blogger Ra! said...

SETUJU dengan "PS" nya, Bang! =)

 

Post a Comment

<< Home